Etimologi
Konsep Tentang Ilmu (Science), Pengetahuan (Knowledge), dan Scientific
Knowledge serta Logika Dan Dogma
1. PENDAHULUAN
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang ada
dalam pikiran manusia. Pengetahuan itu sifatnya menyeluruh atau mencakup segala
sesuatu yang tergambar dalam pikiran manusia. Apapun yang tergambar dalam
pikiran manusia adalah pengetahuan. Jika manusia melihat sesuatu lalu
mengatakan sesuatu tersebut maka manusia itu telah dikatakan memiliki
pengetahuan. Sedangkan Ilmu adalah pengetahuan yang sistematis, menggunakan
pemikiran, serta bersifat objektif.
Jadi dapat disimpulkan bahwa ilmu
pengetahuan atau sering juga disebut dengan ilmu saja adalah pengetahuan yang
telah disusun secara sistematis dan kebenarannya dapat sipertanggung jawabkan.
Ilmu juga dapat dikatakan dengan logika yang sedang kita pelajari.
2. PEMBAHASAN
A. Arti pengetahuan (knowledge)
Dalam tinjauan etimologi knowledge berasal dari bahasa
Inggris yang berarti pengetahuan. merupakan pengembangan kata dari know yang
berarti tahu yang kemudian dalam bahasa Indonesia mendapatkan imbuhan pe-dan
-an menjadi pengetahuan.
Setiap manusia
memiliki rasa atau naluri ingin tahu. Naluri ingin tahu yaitu dorongan yang
dibawa manusia sejak lahir untuk terus berupaya mengetahui segala sesuaatu,
termasuk ikhwal diri sendiri. Dengan naluri ingin tahu, ditunjang akal budi,
kebudayaan manusia tumbuh berkembang. Pengetahuan dan ilmu dilahirkan.
Naluri ingin tahu
itu menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang mengelilingi manusia. Untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan itu manusia berusaha untuk mencari tahu. Agar
keingintahuan itu terpenuhi dan manusia untuk sementara akan merasa puas. Rasa
ingin tahu itu timbul dari indra manusia yang menghasilkan rangsangan terhadap
pikiran manusia. Manusia untuk memenuhi rasa keingintahuannya terkadang
menanyakan pada manusia lain dan terkadang menanyakan sesuatu tersebut terhadap
dirinya sendiri dengan melakukan penyelidikan sendiri.
Ada dua kemungkinan
yang akan didapat manusia ketika ingin tahu. Yang pertama tahu yang benar atau
tahu yang keliru. Dengan kemungkinan itulah manusia membutuhkan dan mencari kebenaran, karena
kebenaran sangat berarti bagi kehidupan manusia.
Objek tahu adalah
segala sesuatu yang mengelilingi manusia. Segala sesuatu yang mengelilingi
manusia itu dapat dilihat dan dapat dirasakan. Sesuatu yang dirasakan itu baik
ada maupun mungkin ada. Segala sesuatu yang mengelillingi manusia inilah yang menimbulkan
rangsangan. Hasil pengetahuan alam dengan panca indra disebut pengalaman. Tapi,
pengalaman hanya memungkinkan manusia menjadi tahu. Hasil dari tahu itulah
disebut dengan pengetahuan. Pengetahuan akan ada jika manusia memberikan
pernyataan atau cetusan atas objeknya.
Ada 4 tipe manusia berdasarkan tahu yang dimilikinya :
a. Manusia yang tahu bahwa ia tahu
b. Manusia yang tahu bahwa ia tidak tahu
c. Manusia yang tidak tahu bahwa ia tahu
d. Manusia yang tidak tahu bahwa ia tidak tahu
B. Arti ilmu (science)
Ilmu dalam bahasa
inggris disebut science. Dalam menggunakan kata pengetahuan dan ilmu kita juga
perlu berhati-hati. Karna jika pengetahuan hanya sekedar untuk megetahui maka
ilmu menghendaki penjelasan lebih lanjut dariapa yang telah diputuskan.
Ada manusia yang
ingin tahu hanya semata untuk memuaskan keingintahuan secara mendalam. Ia tidak
hanya sekedar tahu bahwa air yang dipanasi mendidih, tapi lebih jauh mencoba
menyelidikinya. Ia menyelidiki air seutuhnya, sepenuhnnya, dalam keseluruhan.
Pengetahuan seperti inilah yang disebut dengan pengetahuan ilmu atau ilmu
pengetahuan atau lazim dikatakan dengan ilmu.
Secara umum ilmu itu tidak menghiraukan kegunaan, hanya hendak tahu
semata karena, tujuan pertamanya adalah tahu secara mendalam. Ada beberapa
persyaratan agar pengetahuan layak disebut ilmu. seperti yang sudah kita
ketahui, ilmu dalam artian luas adalah pengetahuan ilmiah yang mempunyai ciri
obyektif, methodis, sistematis dan universal. Pengetahuan tersebut harus memenuh sifat
ilmiah sebagai syarat ilmu. Syarat tersebut adalah sebagai berikut :
a. Objektif
Ilmu
harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama
sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat
bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam
mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu
dengan objek, sehingga disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan
subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian
b.
Metodis
yaitu
upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya
penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensinya, harus ada cara tertentu
untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari bahasa Yunani
“Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode
tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.
c.
Sistematis
Dalam
perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus terurai
dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu
sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu, dan mampu menjelaskan
rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan yang tersusun secara
sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.
d.
Universal
Kebenaran
yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak
bersifat tertentu).
Ilmu dan
pengetahuan keberadaannya sangat penting
bagi hidup dan kehidupan manusia. Tidak boleh dipisahkan. Ilmu membentuk daya
intelegasi yang melahirkan keterampilan (skill). Sedangkan pengetahuan
membentuk daya moralitas keilmuan yang melahirkan tingkah laku kehidupan
manusia. Ilmu mendasarkan pada akal pikir lewat pengalaman dan indra.
Dari contoh tersebut
kita akan dapat membedakan ilmu (science) dan pengetahuan (knowledge) atau
kesimpulan yang dapat ditarik bahwa pengetahuan yang telah disusun atau
disistemasi lebih lanjut dan telah dibuktikan dan diakui kebenaranya disebut
ilmu.
Dengan pendapat lain
mengatakan pengetahuan adalah hasil aktivitas mengetahui, yakni tersingkapnya
suatu kenyataan kedalam jiwa hingga tidak ada keraguan terhadapnya.
Dimensi-dimensi yang menjadi
pembahasan ilmu, paling tidak ada tiga, yaitu ontologi, Epistemologi, dan
aksiologi.
Pertama, Ontologi membicarakan tentang apa yang ada dan apa
yang penting tentang metafisik, studi yang menyelidiki sifat dasar dari apa
yang nyata secara fundamental juba membicarakan tentang studi atau pemikiran
tentang sifat yang terdalam (ultimate nature) dari kenyataan atau
keberadaan.
Kedua. Epistemologi membicarakan tentang sumber, sarana
misalnya, ada empirisme, rasionalisme, positivisme atapun intuitisme. Persoalan
selanjutnya adalah metode apakah itu metode induktif, deduktif kontemplatif,
positivism, ataupun dialektis,.Pada sub dimensi lain epistemologi menuntut
adanya sarana, apakah itu akal, pancaindra dan lain-lain. Dan pada tahapan
akhir mengantarkan pada adanya syarat pembenaran ataupun sistem, yang antara
satu dengan yang lainnya memiliki keterkaitan pengaruh.
Ketiga, Aksiologi berbicara tentang nilai atau kegunaan dari
sebuah ilmu.
C. Arti pengetahuan ilmiah ( scientific knowledge
)
Mohammad Hatta
membedakan ilmu dan pengetahuan melalui pernyataannya “pengetahuan adalah
pengetahuan yang di dapat daripada pengalaman, sedangkan ilmu adalah
pengetahuan yang didapat dengan jalan keterangan”.
Jadi dalam penggunaan sehari-hari orang cukup hanya menyebut ilmu saja. Untuk
maksud ilmu pengetahuan. Karena ilmu artinya pengetahuan ilmiah.
ilmu pengetahuan
melalui metode ilmiahnya berupaya untuk mencari kebenaran. Metode ilmiah yang
digunakan dengan cara melakukan riset atau penyelidikan untuk membuktikan atau
mencari kebenaran tersebut.
kebenaran ilmu
pengetahuan adalah kebenaran positif (berlaku sampai saat ini). Jika seseorang melihat sesuatu kemudian
mengatakan sesuatu tersebut, ia dikatakan telah memiliki ilmu pengetahuan
mengenai sesuatu. Karena pengetahuan adalah segala sesuatu yang tergambar dalam
pikiran manusia. Misalnya, ia melihat manusia, kemudian ia mengatakan itu
adalah manusia. Itu berarti ia telah memiliki pengetahuan mengenai manusia.
Jika ia melajutkan bertanya misalnya apa susunan tubuh manusia itu. Maka akan
diperoleh ilmu antropologi fisik.
D. Logika
Logika berasal dari
bahasa latin berasal dari kata logos yang berarti perkataan atau sabda. Istilah
lain yang digunakan sebagai gantinya adalah mantiq. Kata arab yang diambil dari
kata kerja nataqa yang berarti berkata atau berucap.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata
logis. Misalnya ‘alasannya tidak logis’ atau ‘argumennya logis’. dalam kalimat
tersebut arti logis adalah masuk akal.
Logika menurut irving m. Copi menyatakan bahwa logika
adalah ilmu yang mempelajari metode dan hukum-hukum yang digunakan untuk
membedakan penalaran yang betul dari penalaran yang salah.
Jika disimpulkan logika adalah suatu alat yang digunakan
manusia untuk menyaring putusan akal agar hanya memperoleh segala sesuatu yang
benar dan tidak bertentangan dengan akal.
E. Dogma
Dogma (dari bahasa
Yunani, bentuk jamak
dalam bahasa Yunani dan Inggris kadangkala dogmata) adalah
kepercayaan atau doktrin yang dipegang oleh sebuah agama atau organisasi yang sejenis untuk bisa lebih otoritatif. Bukti, analisis, atau fakta mungkin digunakan,
mungkin tidak, tergantung penggunaan.
Dogma
juga bersifat sangat mendasar (misalkan, dogma bahwa 'Tuhan itu ada') namun
juga mencakup himpunan yang lebih besar dari kesimpulan yang membentuk bidang
pikiran (keagamaan) (misalkan, 'Tuhan menciptakan alam semesta'). ada artian
berbeda Dogma dalam agama dan diluar
agama.
a. Dogma dalam agama
Dogma
banyak ditemukan dalam agama seperti Kristen, di mana mereka dianggap sebagai prinsip utama yang
harus dijunjung oleh semua umat agama tersebut. Sebagai unsur dasar dari agama,
istilah dogma diberikan kepada ajaran-ajaran teologi yang dianggap telah
terbukti baik, sedemikian rupa hingga usul bantahan atau revisinya berarti
bahwa orang itu tidak lagi menerima agama tersebut sebagai agamanya sendiri,
atau ia mengalami keragu-raguan pribadi. Dogma dibedakan dari pandangan teologis
mengenai hal-hal yang kurang dikenal. Dogmata dapat dijelaskan dan diuraikan
tetapi tidak dibantah dalam ajaran-ajaran baru. (mis. Galatia 1:8-9). Penolakan terhadap dogma dianggap ajaran sesat dan dapat menyebabkan seseorang dikeluarkan dari
kelompok agamanya, meskipun di dalam Injil Kristen hal ini tidak dilakukan dengan keras Mt 18:15-17).
Bagi
sebagian besar anggota Gereja Ortodoks, dogmata sudah dikandung di dalam Doa Syahadat Nicea
dan di dalam dua, tiga, atau tujuh konsili
ekumenis yang pertama (tergantung apakah
orang itu seorang Nestorian, Monofisit, ataukah seorang Kristen Ortodoks
Timur. Orang Katolik Roma juga
mengakui dogma yang dihasilkan oleh 14 konsili ekumenis yang belakangan dan
sejumlah keputusan yang dirumuskan oleh paus yang menjalankan infalibilitas kepausan (lih. mis. Maria ibunda Yesus. Kaum Protestan, pada tingkat yang berbeda-beda mengakui
bagian-bagian dari dogmata ini, dan seringkali berpegang pada 'Pernyataan Iman'
yang khas bagi alirannya, yang menyimpulkan dogma-dogma pilihan mereka..
b. Dogma di luar agama
Banyak
keyakinan non-agama seringkali digambarkan sebagai dogma, misalnya di bidang politik atau Filsafat, maupun di dalam masyarakat sendiri. Istilah dogmatisme mengandung arti
bahwa orang berpegang pada keyakinan-keyakinan mereka tanpa berpikir dan hanya
ikut-ikutan saja. Dogmata dianggap anatema bagi ilmu
pengetahuan dan analisis ilmiah
meskipun orang bisa berdebat bahwa metode ilmiah itu sendiri pun merupakan dogma bagi banyak ilmuwan.
Dalam cara yang sama dalam filsafat, seperti misalnya rasionalisme dan skeptisisme, meskipun pertimbangan-pertimbangan metafisika biasanya tidak tampak jelas dalam bidang-bidang itu,
dogma-dogma keagamaan yang tradisional cenderung ditolak sementara praduga-praduga yang tidak teruji diterima. Dalam Wikipedia sendiri, konsep NPOV dapat dianggap telah mencapai status dogma, Ilmu
lebih cenderung kepada dogma karena sering kali sebuah produk ilmu akan
dibantah pada masa depan dengan instrument yang lebih modern.
3.
PENUTUP
Dari uraian diatas akan dapat
disimpulkan bahwa pengetahuan (knowledge), ilmu (science), pengetahuan ilmiah
(sciencetific knowledge), logika serta dogma merupakan hal yang tidak asing
bagi manusia. Karena pada hakikatnya manusia memiliki naluri ingin tahu akibat
rangsangan alam sekitar manusia.
Manusia akan mencari tahu
hingga keingintahuannya telah ia dapat. tahu adalah segala sesuatu yang mengelilingi manusia. Segala sesuatu
yang mengelilingi manusia itu dapat dilihat dan dapat dirasakan. Sesuatu yang
dirasakan itu baik ada maupun mungkin ada. Namun secara mendalam manusia akan terus
mencari kejelasan atau menyelidiki secara keseluruhan dari apa yang ia tahu.
Semua itu dilakukan dengan hasil kerja akal. Manusia akan menerima kebenaran
sesuatu yang diselidikinya jika akal tidak menolak.
Komentar
Posting Komentar