Pengertian
Kebenaran Dan
Jenis-Jenis Kebenaran
A. PENDAHULUAN
Kebenaran
adalah hal yang mutlak diperlukan oleh manusia karena kebenaran berguna untuk
membuktikan suatu kebenaran dari teori ataupun pengetahuan yang telah kita
dapat. Kebenaran juga merupakan suatu bentuk rasa ingin tahu yang dimiliki
manusia. Rasa ingin tahu terbentuk dari adanya kekuatan akal yang dimiliki
manusia yang selalu igin megetahui, mencari dan memahami serta memanfaatkan
kebenaran yang telah ia dapatkan dalam hidupnya.
Manusiamencarikebenarandenganberpikirkarena,
Berpikir
merupakan suatu aktivitas manusia untuk menemukan kebenaran, apa yang disebut
benar oleh seseorang belum tentu benar bagi orang lain, oleh karena itu
diperlukan sebuah ukuran kebenaran.
B. PEMBAHASAN
1.
Pengertian
kebenaran
Manusia
selalu mencari kebenaran, jika manusia mengerti dan memahami kebenaran maka
sifat asasinya akan terdorong pula untuk melakukan kebenaran tersebut.
Maksud dari pernyataan tersebut dapat kita lihat dari uraian berikut.
Manusia selalu mencari
kebenaran, maksudnya manusia selalu mencari tahu kebenaran
yang diterima indranya. Setiap rangsangan yang diterima indranya akan
dipertanyakan oleh akalnya. Hal tersebut terjadi karena manusia dan hewan
sama-sama menikmati fungsi pancaindra, namun manusia berbeda dengan hewan
karena manusia dianugrahkan Allah swt. Akal budi dan kemampuan berpikir yang
mamungkinkan untuk mengadakan tinjauan dan pembahasan terhadap hal dan
peristiwa dan menyimpulkan berbagai kesimpulan dari premis-premis.
Apakah sesuatu itu sama dengan apa yang terlihat. Jika ia
telah mengerti dan memahami kebenaran itu maka sifat asasinya akan terdorong
pula untuk malakukan kebenaran tersebut. Maksud dari kalimat tersebut yaitu
kebenaran yang sudah tidak ditentang oleh akal dan norma yang berlaku maka
secara alamiah manusia itu akan mengikuti kebenaran itu. Namun sedikit berbeda
dengan kebenaran wahyu. Meskipun logika
manusia menentang suatu peristiwa diluar batas kesanggupan manusia,
namun, ia tetap mengikutinya karena kebenaran peristiwa itu bersifat rasional.
Contohnya adalah mukjizat yang ada pada para nabi.
Berpikir
merupakan suatu aktivitas manusia untuk menemukan kebenaran, apa yang disebut
benar oleh seseorang belum tentu benar bagi orang lain, oleh karena itu
diperlukan sebuah ukuran kebenaran. Berpikir adalah usaha untuk menghasilkan
pengetahuan yang benar itu atau kriteria kebenaran. Pada setiap jenis
pengetahuan tidak sama kriteria kebenarannya karena sifat dan watak pengetahuan
itu berbeda. Pengetahuan tentang alam metafisika tentunya tidak sama dengan
pengetahuan tentang alam fisik. Alam fisikpun memiliki perbedaan ukuran
kebenaran bagi setiap jenis dan bidang pengetahuan.
Semua
ilmu pengetahuan memiliki tujuan untuk mencapai kebenaran. Dlam hal ini kita
membicarakan kebenaran ilmiah, an dalam membicarakan kebenaran ilmiah ini kita
tidak bisa lepas dari makna dan fungsi ilmu itu sendiri sejauh mana ilmu itu
dapat digunakan dan dimanfaatkan manusia. Disamping itu, untuk mendapatkannya
juga harus melalui tahap atau metode ilmiah.
Cara
mencari kebenaran dapat dipandang sebagai ilmiah jika dilakukan melalui
penelitian.penelitian dan proses berpikir merupakan dua sisi yang saling
mengisi dari segi proses maupun tujuannya. Ditinjau dari sisi proses,
penelitian dan berpikir harus dilakukan secara sistematis, dan didukung oleh
bukti, dan dilihat dari sisi produk,
penelitian dan berpikir ditujukan untuk menemukan kebenaran.
Bagi
orang yunani yang hidup pada abad ke-6
SM mereka memiliki sistem kepercayaan, bahwa segala sesuatu harus diterima
sebagai kebenaran jika bersumber pada mitos atau dongeng-dongeng.
Artinya mereka tidak akan menerima kebenaran jika itu berasal dari akal pikir
(logos), dan yang berlaku hanya suatu kebenaran yang bersumber pada mitos
tersebut.
Kebenaran
juga merupakan fungsi kejiwaan, fungsi rohaniah. Manusia selalu mencari
kebenaran itu, membina dan menyempurnakannya sejalan dengan kematangan
kepribadiannya. Menurut para ahli filsafat itu bertingkat-tingkat, bahkan
tingkat tersebut bersifat hierarkis. Kebenaran yang satu dibawah kebenaran yang
lain tingkatan kualitasnya ada kebenaran relatif, ada kebenaran mutlak
(absolut). Ada kebenaran alami ada kebenaran illahi, ada kebenaran khusus
individual ada pula kebenaran umum universal.
2.
Jenis-jenis
kebenaran
Tujuan
pengetahuan pada umumnya adalah mencapai kebenaran.namun permasalahannya bukan
sampai disitu saja. Problem kebenaran inilah yang memicu tumbuh dan
berkembangnya epistemologi. Telaah mengenai epistemologi terhadap kebenaran
membawa orang kepada sesuatu kesimpulan bahwa perlu dibedakan jenis kebenaran :
a. Kebenaran
epistemologis
Kebenaran epistemologis adalah kebenaran
yang berhubungan dengan pengetahuan manusia. Adapun teori yang menjelaskan
kebenarna epistemologis adalah sebagai berikut :
1) Teori
korespondensi
Menurut teori ini, kebenaran atau
sesuatu yang dianggap benar itu apabila ada kesesuaian atau correspondence
antara arti yang dimaksud oleh suatu pernyataan atau pendapat dengan objek yang
dituju oleh pernyataan atau pendapat tersebut.
Namun dengan artian yang lebih singkat,
kebenaran adalah kesesuaian antara pernyataan dengan fakta yang sebenarnya.
Dalam artian ini akan disajikan sebuah contoh pernyataan yaitu ‘jakarta adalah
ibukota republik indonesia’. Pernyataan ini akan dikatakan benar karena jakarta
memang adanya ibukota republik indonesia. Kebenaran ini terletak pada hubungan
antara pernyataan dengan kenyataan. Adapun pernyataan yang dikatakan tidak
benar jika pernyataan itu tidak sesuai dengan kenyataan seperti pernyataan
‘padang adalah ibukota republik indonesia’.
Dengan teori ini kita akan berpandangan
bahwa kenyataan menimbulkan anggapan bahwa kebenaran dapat diperoleh melalui
pengindraan atau pengalaman.
2) Teori
koherensi tentang kebenaran
Teori ini menyatakan bahwa kebenaran
tidak dibentuk atas hubungan antara putusan (judgement) dengan sesuatu yang
lain, yaitu fakta atau realitas, tetapi atas hubungan antara putusan-putusan
itu sendiri.
Dengan kata lain suatu putusan akan
dikatakan benar bila putusan baru berhubungan dengan putusan yang telah
diketahui dan akui kebenarannya terlebih dahulu.
3) Teori
pragmatisme tentang kebenaran
Menurut
teori yang dikembangkan oleh william
james di amerika serikat ini, benar tidaknya suatu ucapan, dalil atau teori
semata-mata tergantung kepada asan manfaat. Sesuatu akan dikatakan benar jika
sesuatu tersebut mendatangkan manfaat dan akan dikatakan tidak benar jika tidak
mendatangkan manfaat.
4) Agama
sebagai teori kebenaran
Manusia merupakan makhluk pencari
kebenaran. Salah satu cara untuk menemukan suatu kebenaran adalah melalui
agama. Agama dengan karakteristiknya sendiri memberikan jawaban atas segala
persoalan asasi yang dipertanyakan manusia, baik tentang alam, manusia, maupun
mengenai tuhan. Kalau ketiga teori kebenaran sebelumnya lebih mengedepankan
akal, budi, rasio dan reason manusia, dalam agama yang dikedepankan adalah
wahyu yang bersumber dari tuhan.
Manusia mencari kebenaran sesuatu dalam
agama dengan jalan mempertanyakan atau mencari jawaban tentang berbagai masalah
dari kitab suci. Suatu hal akan dianggap benar apabila sesuai dengan ajaran
atau ketetapan agama yaitu wahyu sebagai penentu kebenaran mutlak. Jadi,
kebenaran agama adalah kebenaran mutlak yaitu kebenaran yang tidak dapat
diganggu gugat.
b. Kebenaran
ontologis
Kebenaran ontologis adalah kebenaran
sebagai sifat dasar yang melekat pada hakikat segala sesuatu yang ada atau
diadakan. Dengan kata lain kebenaran ontologis adalah kebenaran yang merupakan
sifat dasar atau yang melandasi pada hakikat sesuatu yang telah diketahui atau
telah ada dan diadakan.
c. Kebenaran
semantis
Kebenaran semantis adalah kebenaran yang
terdapat serta melekat dalam tutur kata dan bahasa.
Kebenaran merupakan sifat yang nyata
yang memiliki suatu fakta secara empiris. Kebenaran akan didapatkan oleh
seseorang melalui penalaran yang dilakukan oleh manusia untuk memaknai suatu
anggapan umum. Kebenaran bukanlah suatu hal yang mudah didapatkan dengan hanya
merenung, melainkan dalam penerapannya untuk mendapatkan kebenaran haruslah
kita berpikir dan menalarkan apa yang terjadi.
Secara mendasar, filsafat merupakan
hasrat atau keinginan yang sungguh-sungguh untuk menemukan kebenaran sejati.
Untuk itu pada masa yunani klasik, para filosof menggunakan filsafat untuk
meraih kebenaran sejati. Kata kunci mencapai kebenaran sejati ialah adanya
pengatahuan. Dengan pengetahuan, maka akan terjadi persatuan antara subjek dan
objek. Dengan kata lain, pada saat subjek memiliki pengetahuan mengenai objek,
maka subjek dapat memasuki diri objek dan terjadilah kontak hubungan. Maka
tampak bahwa dalam cinta terkandung suatu kecendrungan yang dinamis kearah
pengetahuan tentang objek yang semakin jauh, mendalam, serta lengkap.
Adapun beberapa pemikiran filsafat
mengenai kebenaran, diantaranya :
1.
Rasionalisme
Seorang Penganut rasionalisme
akan berpikir bahwa segala pemahaman dan pengetahuan yang ada di dunia ini berasal dari
sebuah rasio –Masih ingat dengan Pythagoras yang menganggap segala
sesuatu pada hakikatnya adalah angka? Karena itu, filsafat rasionalisme
mengukur kebenaran hanya selama kebenaran itu bisa diukur oleh nalar, atau
dengan kata lain, tingkat intelektualitas sangat diperhatikan di sini.
Rasionalisme menyatakan kebenaran
selama kebenaran itu ditemukan melalui pembuktian, proses berlogika, dan proses
menganalisis fakta atau kenyataan yang ada. Karena itu, iman, kebenaran yang bersifat dogmatif, atau
bahkan ajaran agama, dianggap tidak dapat mencapai kebenaran itu.
2.
Idealisme
Ini akan berhubungan dengan
Plato, yang mengemukakan tentang konsep ide. Menurut Plato, dunia ini dibagi
menjadi dunia realitas dan dunia ide. Dimana realitas hanyalah proyeksi dari
ide, karena itu, yang nyata sebenarnya adalah dunia ide itu sendiri.
Filsafat Idealisme berarti
menekankan bahwa hal-hal yang bersifat ide adalah benar, sedang realitas dijelaskan
sebagai sebuah gelaja psikis, hasil olah pikiran, dan lain-lain yang bukan
berkenaan dengan materi.
3.
Empirisme
Empirisme berorientasi pada
kenyataan bahwa pengetahuan akan terbatas pada apa yang dapat diamati dan diuji
(atau setidaknya kaum Empiris menyatakan seperti itu). Sederhananya, Empirisme menolak
kebenaran yang tidak dapat diamati atau diuji, karena kebenaran seperti itu
dianggap sama saja tidak ada.
Filsafat ini dikatakan
berhubungan dengan lahirnya ilmu pengetahuan modern dimana kebenaran dicari
dengan penerapan metode ilmiah (Dengan asumsi bahwa ilmu selalu berbicara
tentang kebenaran, tentunya). Tokoh-tokonya antara lain David Hume, George
Berkeley, dan John Locke, yang mana selanjutnya bisa kita sebut tiga eksponen
Empirisme. Kebetulan mereka bertiga adalah orang Inggris, jadi kita juga bisa
menyebut bahwa Empirisme lahir di Inggris.
4.
Realisme
Filsafat Realisme berpandangan
apa yang bisa dianggap benar tidak harus terbatas pada pengalaman indrawi
maupun gagasan yang dibentuk dalam pikiran.
5.
Materialisme
Filsafat materialis pada dasarnya
menganggap semua
hal yang pantas dianggap benar haruslah berbentuk materi, dengan kata lain,
kebenaran itu harus memiliki wujudnya. Karena pada dasarnya semua aspek
kehidupan ini tersusun oleh materi dan semua fenomena yang melingkupinya
(kehidupan) juga merupakan hasil interaksin antara materi tersebut.
6.
Absurdisme
Absurdisme didasarkan pada
pandangan bahwa usaha manusia untuk mencari arti (kebenaran mana yang paling benar)
dari kehidupan adalah sebuah tindakan sia-sia, yang hanya akan berakhir dengan
kegagalan. Kenyataannya manusia selalu memiliki kencendrungan untuk
melakukan pencarian arti dan kebenaran ini, maka hal inilah yang oleh
Absurdisme dipandang sebagai sebuah tindakan yang tidak masuk akal, mustahil,
dan percuma saja.
7.
Eksistensialisme
seorang eksistensialis akan memahami kebenaran sebagai
sesuatu yang relatif, dan karena itu, setiap orang berhak dengan bebas
menentukan mana yang dianggapnya benar.
8.
Nihilisme
Nihilisme adalah paham filsafat
yang memandang bahwa dunia ini, terutama eksistensi dari manusia, tidak memiliki tujuan sama
sekali. Pandangan tersebut dimaksudkan seperti ini: Tidak ada bukti
khusus yang mendukung keberadaan pencipta (tentu saja terlepas dari kepercayaan
dogmatif, hal ini memang benar), moral sejati tidak diketahui (karena pada
kenyataannya, moral hanyalah bentuk kesepakatan), dan selanjutnya etika sekuler
adalah tidak mungkin. Karena itu, nihilisme memandang kehidupan ini tidak
memiliki arti dan tujuannya, serta tidak ada tindakan yang pantas dianggap
lebih baik daripada tindakan yang lain.
C. PENUTUP
Kebenaran
merupakan sifat yang nyata yang memiliki suatu fakta secara empiris. Kebenaran
akan didapatkan oleh seseorang melalui penalaran yang dilakukan oleh manusia
untuk memaknai suatu anggapan umum. Kebenaran bukanlah suatu hal yang mudah
didapatkan dengan hanya merenung, melainkan dalam penerapannya untuk
mendapatkan kebenaran haruslah kita berpikir dan menalarkan apa yang terjadi.
Beberapa jenis
pemikiran filsafatmengenaikebenaran
:
1) Rasionalisme
2) Idealisme
3) Empirisme
4) Realisme
5) Materialisme
6) Absurdisme
7) Eksistensialisme
8) Nihilisme
Komentar
Posting Komentar